Terhempas hatinya di lantai lusuh di sela kertas yang
menjadi bangkai
Penat menghitung bayang-bayang harapan yang dilukiskan
dalam kanvas kebenaran yang memupus
Seperti siang yang ditelan malam
Lelaki menahan perih
Pada luka di jantungnya dan pisau-pisau keangkuhan
memaksanya bersimpuh dalam dendam, dalam ketakberdayaan, sedangkan ia masih
menyeka amarah yang mengalir disela darahnya
Sama seperti sketsa masa depan yang ditoreh diawang-awang
Lelaki itu tak berani bertaruh dengan matahari
Sejenak ia menunduk
Menanti jiwanya merundingkan dunia
Entah hingga kapan lelaki sanggup itu menahan perih
Dalam kelam tanpa rintih
Comments
Post a Comment