Nardi dan Sabar adalah dua orang sahabat karib. Keduanya telah tiga tahun berpisah, baru berjumpa saat ini.Seperti siang ini, kujumpai mereka berdua sedang asyik bercerita nostalgia di kantin tempat kami bekerja. Temanya tentang perasaan hati masing-masing dengan bosnya.
Sabar : Bosku senang dengan usulku karena benar
Nardi : Bosku marah dengan usulku karena usulku lebih benar
Sabar : Bosku sering marah namun tak dendam padaku
Nardi : Bosku jarang marah tapi dalam dendamnya
Sabar : Bosku selalu turun ke lapangan
Nardi : Bosku juga selalu turun ke lapangan... badminton.
Sabar : Bosku jarang memberi harapan tapi menambah penghasilan
Nardi : Bosku banyak kasih harapan tapi mengurangi penghasilan
Sabar : Aku sibuk karena kerja setengah mati
Nardi : Aku sibuk karena kerja setengah hati
Sabar : Tak terasa aku selalu kerja sampe sore
Nardi : Sebentar bekerja kuanggap sudah sore
Sabar : Bosku menundukkan banyak wanita
Nardi : Bosku tunduk pada satu wanita... Istrinya
Sabar : Bosku handal menghadapi preman
Nardi : Bosku lari menghindar dari preman
Sabar : Bosku selalu memikirkan kesejahteraan bawahannya
Nardi : Bosku hanya memikirkan kesejahteraannya
Sabar : Eh.. bosku gak percaya yang magic2 gitu lho
Nardi : Hmm.. bosku juga, tapi dukun pribadinya ada 3
Sabar : Bos akan memuji kalo aku punya inisiatif
Nardi :Bos anggap aku lancang jika punya inisiatif
Sabar : Bagi bosku, kalo bisa dipermudah mengapa dipersulit
Nardi : Bagi bosku, kalo bisa dipersulit mengapa dipermudah
Sabar : Entahlah, aku selalu ingat kebaikan bosku
Nardi : Samma, aku juga selalu ingat keburukan bosku
....
Percakapan itu masih berlanjut. Namun aku yang tak mampu memaknainya hanya berlalu. Bagiku yang penting itu bukan diriku...///
Comments
Post a Comment