Sedangkan kini tongkat-tongkat yang
dulu kokoh mulai lekang dan rekah diantara keras dan teriknya mahatari menyahut
fajar.
Ia rapuh dan terus lapuk
Semakin condong dan terikut hembusan
angin untuk selamanya rebah.
Sedangkan sayap-sayap yang dulu gagah
mengepak kini mulai jinak dan mengalah pada sebaris rintik yang turun perlahan
kala senja.
Ia rikuh dan terus terbujuk
Semakin lemas dan terbawa rayuan
serumpun ilalang untuk selamanya patah
Dilain siang semakin banyak kepala
yang tertunduk dan sedu
Memupuk harapan semu dibalik buaian
angin
Nina bobok lah buih-buih tak bertaji
Lelap hingga senyap
Tak perlu terjaga hingga kuhias
tongkat lapukku sekilap senyummu
Atau dilain petang semakin sunyi
tepian negeriku seperti takut bersua malam
Dan kukenyangkan mimpi-mimpimu di
tilam jerami lusuh
Lelap hingga senyap
Tak perlu berlari
Tak perlu mencari
Pada siapa akan kita titipkan negeri
ini
Sedangkan para dajjal lebih mampu
bersembunyi dan berpuisi dibalik topeng-topeng yang tak kita kenali
Ku masih mencintaimu…
Negeri ku
Sungai Penuh, awal desember
2010
Comments
Post a Comment