PENDAHULUAN
K
|
erinci merupakan sebuah wilayah yang dikeliling barisan gunung dan perbukitan yang merupakan enclave terbesar di dunia. Puncak dataran tertinggi berada di Puncak Gunung Kerinci yang berada di ketinggian 3.805 meter diatas permukaan laut (m dpl). Selain gunung Kerinci, yang merupakan gunung berapi aktif, terdapat pula Gunung Raya dengan ketinggian 2.543 mdpl dan Gunung Tujuh dengan ketinggian 2.735 mdpl.
Daerah ini memiliki beberapa danau, diantaranya Danau Kerinci dengan luas ± 4.200 Ha dan Danau Gunung Tujuh dengan luas ± 960 Ha. Danau Gunung Tujuh sendiri merupakan danau tertinggi di Asia Tenggara. Selainnya terdapat beberapa danau kecil lainnya seperti danau Lingkat, Danau Kaco, Danau Belibis dan lainnya. Kerinci juga merupakan daerah hulu dari beberapa sungai besar yang bermuara di daerah Pesisir Selatan (di Sumatera Barat), Jambi dan Muko-muko (di Bengkulu).
Bentang alam Kerinci masih dilengkapi dengan air terjun, sungai, rawa dan hutan yang lebat. Kompleksitas kekayaan geomorfologi ini (ditambah dengan kekayaan social dan budaya) mengilhami seorang pujangga untuk menyatakan bahwa Tanah Kerinci bagaikan sebungkah tanah surga yang tercampakkan ke permukaan Bumi.
Hamparan dataran tinggi kerinci, yang berada di ketinggian di atas 600 m dpl, dalam bahasa setempat umumnya disebut sebagai Ranoh Kincai. Secara sejarah, Ranoh Kincai mencakup Daerah Kabupaten Merangin saat ini, Kabupaten Kerinci dan Kota Sungai Penuh. Namun saat ini hanya dua wilayah administrative terakhir yang di anggap sebagai Ranoh Kincai.
Konsekuensi dari kekayaan alam tersebut, Ranoh Kincai memiliki tanah yang amat subur yang memungkinkan penduduknya hidup dari kegiatan bercocok tanam. Kesuburan tanah ini begitu masyhur sehingga banyak pendatang dari luar wilayah kerinci merantau kesini hanya untuk bertani yang akhirnya menetap dan juga menjadi penduduk Kerinci. Hingga saat ini bertani masih menjadi mata pencaharian dominan penduduk Kerinci.
Kegiatan memanfaatkan lahan yang subur ini lambat laun menyebabkan berkurangnya daya dukung lahan terhadap kehidupan itu sendiri. Selain tingkat kesuburan yang jauh berkurang, tanah juga berkurang kemampuannya dalam menyimpan dan menyediakan air bagi kehidupan serta menyusutnya hutan.
Dampak yang timbul sebagai pertanda berkurangnya daya dukung ini dapat kita lihat langsung di Ranoh Kincai. Jumlah hutan semakin berkurang sebagai akibat aktifitas pembukaan lahan yang terus bertambah. Beberapa sungai atau batang air yang dulunya selalu mengalirkan air sekarang jauh menyusut dan bahkan ada yang kering sama sekali. Begitu pula kegiatan bercocok tanam, jika tidak dibantu dengan pupuk kimia maka produksi sangat jauh dari harapan.
PENGERTIAN DAN MANFAAT AGROFORESTRY
Beberapa konsep telah dicetuskan oleh para pakar maupun lembaga-lembaga yang peduli lingkungan. Salah satunya adalah Agroforestry. Dalam bahasa Indonesia, Agroforestry dipadankan dengan istilah Wanatani. Agroforestry sebagaimana didefinisikan oleh International Council for Research in Agroforestry adalah suatu system pengelolaan lahan dengan berasaskan kelestarian, yang meningkatkan hasil lahan secara keseluruhan, mengkombinasikan produksi tanaman dan tanaman hutan dan atau hewan secara bersamaan atau berurutan pada unit lahan yang sama serta menerapkan cara-cara pengelolaan yang sesuai dengan kebudayaan penduduk setempat.
Dari kegiatan agroforestry dapat diperoleh beberapa manfaat, diantaranya :
a. Upaya konservasi tanah, melindungi tanah dari kemungkinan kehilangan lapisan top soil yang lebih besar yang diakibatkan oleh aliran permukaan air hujan, pencucian serta terbawa angin.
b. Upaya menjaga dan memperbaiki kesuburan tanah. Kondisi tanah yang tetap terjaga kesuburan akan mendorong petani bertani secara menetap dan tidak berpindah-pindah.
c. Sebagai sumber pangan, sandang, bahan bangunan, makanan ternak dan produksi lainnya.
d. Terjaganya kelestarian alam dan keanekaragaman hayati. Dengan semakin berkurangnya kemungkinan masyarakat menebang hutan maka semakin terjaga kondisi lingkungan dan terjaga pula habitat satwa yang ada.
e. Dalam lingkup yang universal, terjaganya kelestarian alam akan menghambat dan mengurangi kerusakan dan kehancuran bumi sebagai akibat dari pemanasan global (global warming).
Bagi “Uhan Kincai”, konsep ini sebenarnya secara tidak langsung telah diterapkan. Namun jumlah dan luasan areal tidak berimbang dengan kegiatan pertanian konvensional serta kegiatan peladangan berpindah-pindah. Penerapan ini terlihat dari kegiatan masyarakat menanam pohon kayu di batas-batas ladang mereka, namun tak sedikit yang membuka hutan meski merupakan hutan lindung untuk kegiatan bertani.
BENTUK-BENTUK AGROFORESTRY
Ada beberapa macam bentuk Agroforetry yang dapat diterapkan di Ranoh Kincai, diantaranya :
a. Agrisilvopastur
Merupakan kegiatan dengan penuh perhitungan dan kesadaran untuk memadukan dan memperoleh hasil usaha tani dan kehutanan. Ini merupakan bentuk Agroforestry yang paling sederhana, yaitu memadukan pohon atau tanaman kayu seperti nangka, karet, cengkeh, kopi, coklat, jati, petai, surian, mahoni atau jenis lainnya dengan tanaman pertanian semusim seperti jagung, padi lading (gogo), kacang-kacangan, ubi, sayuran atau tanaman lainnya.
b. Sylvopastoran
Yaitu system mengelola lahan untuk mendapatkan hasil kayu dan produksi ternak pada lahan yang sama. Pada pola ini petani memperoleh manfaat timbale balik dari adanya tanaman yang juga dapat digunakan sebagai pakan ternak serta tanah dan tanaman memperoleh pupuk organic dari kotoran ternah yang dihasilkan. Contoh yang dapat diterapkan adalah perpaduan tanaman nangka dengan pengelolaan ternah sapi atau kambing. Tanaman tidak baku di tujukan sebagai pakan ternak, karena petani masih dapat memanfaatkan arealnya untuk menanam rumput yang sesuai untuk pakan ternaknya.
c. Agrosylvo-Pastoral
Merupakan pengelolaan suatu lahan tertentu untuk mendapatkan hasil pertanian, hasil kayu dan produksi ternak.
Pola ini merupakan pola yang komplek dari kegiatan Agroforestry. Pelaku usaha dapat memperoleh manfaat dari hasil tani tanaman semusim, tanaman kayu dan hasil ternaknya.
Dibeberapa lokasi yang telah mencoba menerapkan agroforestry di Kerinci, memadukan beberapa jenis tanaman kayuan seperti Surian (toona surenii), pinang, petai, atau jenis lainnya dengan tanaman yang lebih muda seperti pisang, papaya ataupun jenis tanaman hortikultura lainnya.
Nah, manfaat ekonomis secara langsung tetap akan diperoleh petani dan manfaat jangka panjangnya akan dirasakan bersama. Saatnya memulai dari setapak tanah yang kita punya saat ini…
Comments
Post a Comment