SKETSA HIJAU MENANTI PUDAR : Sebuah Puisi dari Kumpulan Puisi Dunia Kertas


"kapal lanting' menambang emas di Sungai Batang Hari - daerah Lubuk Ulang Aling Solok Selatan

Lubuk Ulang-Aling, 13 Oktober 2011


Sketsa nyanyian kepiluan bulir bumi menuju menuju pucuk pohon tegar ini selalu bermohon agar namanya tak terhapus diantara kerlingan buas mata kapak yang semakin berkilau tanpa menghirau pagi dan petang yang telah berlalu
Ada sejuta sejarah yang telah dijalani dan harus tetap berlanjut dari sebuah tegakan hijau yang berpadu saling berangkulan menahan dendam pada urat jantung yang semakin terkoyak

Dengan apa harus diusir nafsu-nafsu jahat yang bersekongkol dalam diri manusia?
Telinga-telinga yang menjadi tuli diantara jerit dan rintih hujan yang berharap bisa bertahan disini sedang ia hanya berlalu ke hilir
Dan tak lagi berkasih pada sentuhan lebut akar di sisa-sisa solum di pinggir negeri yang semakin tak bertuan

Tak adakah jalan berdamai?
Sedangkan keiklasan memberikan hijau kehidupan tak pernah menghitung balas dan terus memberi
Sedang engkau manusia?
Tidak jemu kah jari tanganmu mengundang bahaya?

Comments