Kerinci, 29 Oktober 2011
Kita menangis disela cahaya bulan yang
lusuh menghampiri
Ada beribu guratan yang semakin bersilang
pada pangkal hati kita dan semakin larut dalam sesak menanti pagi
Hingga jauh masih belum bersua bintang
malam yang mau memapah dan melayari angan-angan sehingga dingin di ujung jemari
ini mampu memancing seulas senyum
Suara-suara di perut bumi seolah
menghardik kekakuan hati kita
Mendiktekan bait-bait kesunyian dan
kita menyalinnya dalam lembar catatan yang tak pernah ada ujungnya
Kita menjadi tebing yang pasrah
memandang selaput kulitnya yang berangsur hilang
Tak maukah malam membuka rahasianya?
Comments
Post a Comment