Eskpansi lahan untuk tanaman pangan menjadi salah satu penyebab utama kerusakan keanekaragaman hayati dan lingkungan. Hal ini terungkap dari laporan terbaru Program Lingkungan PBB (UNEP) yang dirilis Rabu (16/1).
Laporan berjudul “Crop Expansion and Conservation Priorities in Tropical Countries” ini merinci bagaimana tanah yang kaya akan keanekaragaman hayati, diubah atau disisihkan untuk lahan pertanian, seperti untuk padi dan jagung di 128 negara tropis.
Penelitian ini memeringatkan, jika praktik ini berlanjut, 20 target yang ditetapkan dalam Aichi Biodiversity Targets terancam gagal terpenuhi. Aichi Biodiversity Targets bertujuan untuk menghentikan kerusakan keanekaragaman hayati sebelum pertengahan abad ini.
Para peneliti menyatakan, luas lahan pertanian di negara tropis meningkat 48.000 km² per tahun dari tahun 1999-2008. Sebagian besar wilayah pertanian yang dibuka ini digunakan sebagai lokasi budi daya padi, terutama di wilayah hutan tropis.
Negara yang paling luas membuka lahan pertanian baru adalah Nigeria, Indonesia, Ethiopia, Sudan dan Brasil. Jagung dan kedelai adalah komoditas yang paling banyak dikembangkan di lima negara ini. Hasil pertanian lain adalah padi, sorghum, minyak sawit, kacang, tebu, buncis, gandum dan singkong.
Laporan ini merekomendasikan perlunya standar dan kebijakan pelestarian lingkungan yang lebih tegas guna mengatasi masalah produksi dan konsumsi komoditas-komoditas tropis.
Standar dan kebijakan tersebut meliputi perencanaan penggunaan lahan dan penciptaan wilayah suaka baru serta proyek yang mampu melindungi hutan seperti REDD+ (Reducing Emissions from Deforestation and Forest Degradation), termasuk kebijakan untuk mengurangi atau menghapuskan insentif bagi bahan baku bioenergi.
Laporan UNEP ini diterbitkan menjelang diselenggarakannya pertemuan Intergovernmental Platform on Biodiversity and Ecosystem Services (IPBES) di Bonn, Jerman dari tanggal 21 hingga 26 Januari 2013.
sumber : Redaksi Hijauku.com
Comments
Post a Comment