Menatap pada terik yang datang berkunjung di siang
ini
Kita tak mampu menengadahkan harap
Hanya desah dan membiarkan siulan berlalu
Atau menepikan raga
Pada rindang mimpi
Kita hanya dibekali secuil nama
Dengan asa yang menumpuk tanpa menunjukkan
ujungnya
Kita dengan secuil nama hanya menerima
Merelakan nama terkikis hujan
Ya… hujan ketidakmampuan
Sejenak kita mampu melihat urat-urat belenggu yang
menari di benak
Hingga hanya bersua suara tangis
Tertahan di tenggorokan hampa
Menjadi batu
Hanya hari-hari yang berganti
Kita semakin terpuruk
Mengais asa dari sungai jiwa yang kering
Bersama doa yang kadang tak syahdu
Dan memalingkan asa pada
lesung kayu
Kerinci, Juni 2011
Comments
Post a Comment