OCTOBER 25, 201
www.gapuranusantara.org
Kubur tempayan dalam khasanah arkeologi
Indonesia merupakan kuburan manusia dengan menggunakan wadah tempayan dari
tanah liat. Penelitian terdahulu menunjukkan kubur tempayan antara lain
ditemukan di Melolo, Nusa Tenggara Timur (Heekern,1956), Lambanapu, Nusa
Tenggara Timur (Yuliati,1998), Gilimanuk, Bali (Soejono,1969), Plawangan, Jawa
Tengah (Prasetyo,1994), Kunduran dan Muara Betung, Sumatera Selatan
(Soeroso,1998), Muara Payang, Sumatera Selatan (Indriastuti,2002), Padang
Sepan, Bengkulu (Indriastuti,2003).
Di Jambi kubur tempayan
ditemukan di Lebak Bandung, Kota Jambi (Widiatmoko,1997), Renah Kemumu,
Merangin (Bonatz,2005; Budisantosa,2006), Lubuk Mentilin, Merangin
(Budisantosa,2007), dan Lolo Gedang, Kerinci (Sudaryadi,2007). Di luar
Indonesia, kubur tempayan ditemukan di Vietnam dan Filipina.
Lolo Gedang merupakan
sebuah desa yang berada sekitar 23 km di sebelah tenggara dari Sungai Penuh,
ibukota Kabupaten Kerinci. Di desa Lolo Gedang ditemukan juga benda megalit
yang disebut ?batu gong?. Benda megalit berada 1,5 km di sebelah selatan dari
kubur tempayan. Juga, ditemukan alat-alat obsidian ?mikrolit? di area
perkebunan Belanda yang bernama Danau Gedang Estate (Heekern,1972) dan yang
sekarang berubah nama Kebun Baru Lolo.
Baru-baru ini tim
penelitian dari Balai Arkeologi Palembang yang dipimpin oleh Tri Marhaeni S.
Budisantosa melakukan ekskavasi kubur tempayan di Lolo Gedang. Eksksvasi
membuka sepuluh kotak ekskavasi berukuran 2×2 meter. Dalam lima kotak di
antaranya ditemukan kubur tempayan. Keadaannya pecah atau retak. Tempayan
cenderung rebah atau miring ke arah bawah lereng (timur). Hal itu diduga karena
proses alamiah, yaitu gaya tekan tanah dari arah lereng atas ke bawah yang
berlangsung secara terus menerus. Namun, tanah yang mengisi tempayan diduga
telah berlangsung sejak tempayan ditimbun tanah karena tempayan tidak ditutup.
Jadi, yang ditemukan di Lolo Gedang merupakan tempayan tunggal, bukan tempayan
sepasang sebagaimana ditemukan di Melolo, Gilimanuk, Plawangan, Kunduran, dan
Muara Betung. Kubur tempayan di Lolo Gedang bervariasi dalam hal ukuran,
kedalaman, dan artefak yang berada di dalamnya.
Tempayan besar cenderung
berada lebih dalam daripada tempayan kecil. Dalam tempayan ditemukan sisa
tulang yang telah hancur serta arang. Juga, ditemukan benda bekal kubur berupa
wadah tembikar berbentuk buli-buli dan cawan. Sebelumnya penduduk menemukan
kendi tanpa cerat dalam tempayan. Dalam tempayan ditemukan satu jenis wadah
saja. Benda bekal kubur lainnya adalah benda perunggu berukuran kecil yang
diduga liontin karena pada salah satu ujungnya berlobang. Dalam tempayan
penduduk juga menemukan miniatur nekara perunggu. Hancuran benda perunggu
hampir ditemukan dalam seluruh tempayan yang ditemukan. Jenis benda bekal kubur
ketiga yang ditemukan adalah benda bulat seperti koin. Koin tersebut dibuat
dari tanah liat hitam halus. Pada sisinya dihias goresan berbentuk bunga mekar
berkelopak delapan. Salah satu koin hanya dihias pada satu sisi saja. Benda
berbentuk koin hanya ditemukan dalam satu tempayan.
Secara umum kubur
tempayan Lolo Gedang memiliki persamaan dengan daerah lainnya di Indonesia.
Kubur tempayan di Lolo Gedang tampak perbedaan dalam ukuran, kedalamannnya
dalam tanah, dan bekal kubur yang semuanya menunjukkan perbedaan cara
penguburan dalam suatu komuniti. Perbedaan tersebut boleh jadi berkaitan dengan
umur individu, jenis kelamin, dan status sosialnya. Selain itu, keberadaan
bekal kubur menunjukkan kepercayaan adanya kehidupan setelah mati.
Comments
Post a Comment