Melihat
kepada alamnya daerah Kebudayaan Kerinci, dimana bentuknya seperti kuali yang
datarannya dilingkungi oleh bukit-bukit yang puncaknya menjulang tinggi,
disertai pula hutan-nya demikian lebat dan berpenghuni yang buas, menyebabkan sukar
dilalui dan .jarang sekali orang keluar masuk daerah itu dizaman dahulunya. Hal
ini pula menyebabkan kebudayaannya timbul dengan sendirinya pada zaman itu.
Dari yang tidak berkebudayaan, kemudian timbul pemikiran untuk berbuat sesuatu sehingga
muncul kebudayaan dan kepercayaan animisme.
Setelah
daerah Kerinci mulai dilalui oleh orang yang keluar masuk maka animisme itu
kemudian dipengaruhi oleh Budhisme, Hinduisme, lslamisme, dan kemudian orang
Kerinci berikhtiar pula untuk menjadi orang dan daerah yang berkebudayaan maju dengan
tidak meninggalkan nilai-nilai luhur dari kebudayaan nenek moyang mereka.
Kedatangan
orang-orang yang beragama Budha dan Hindu dari arah Selatan yang ketika itu
kenijaan Sriwijaya diserang oleh kerajaan Majapahit dari Jawa. orang-orang
Sriwijaya yang tidak mau tunduk pada Raja Majapahit terpaksa melarikan diri dan
ada yang sampai di Kerinci. Peristiwa ini dapat dibuktikan dengan adanya
batu-batu bergambar di daerah Kerinci bagian Selatan yang condong kepada
kebudayaan Budhaisme. Sedangkan pengaruh Hindu dapat dilihat dari tatakrama
upacara adat masyarakat Kerinci.
Walaupun
kemudian, daerah Kerinci terbuka Iebar dan pendatang-pendatang baru banyak yang
mendiami daerab Kerinci, terutama yang datang dari arab Barat dan Utara
(Minangkabau), dari arah Selatan oleh orang-orang dari Bengkulu, Palembang, Rejang-Lebong
dan Jawa serta dari arah Timur oleh orang-orang Jambi, namun kebudayaan leluhur
Kerinci masih tetap bertahan sampai sekarang. lni bukan berarti tidak ada
pengaruhnya, tetapi pengaruh itu tidak demikian besarnya, dapat penyusun
nyatakan hanyalah persentuhan kebudayaan saja.
Dilihat
dari benda-benda peninggalan purbakala yang banyak terdapat di daerah Kecamatan
Danau Kerinci dan Kecamatan Gunung Raya, yaitu di daerab Kerinci bagian
Selatan, dapatlah diketahui bahwa dengan adanya nekara dan bejana perunggu serta pecahan tembikar, kebudayaan
Kerinci di zaman purbakala itu (benda-benda tersebut) dibawa dari negeri
asalnya, yaitu negeri asal suku bangsa Melayu dari Asia Tenggara. Dilihat lagi
dari benda-benda batu lingga, menhir
atau mengalith yang ada pula bergambar,
ada gambar manusia, binatang (gajah, ular, anjing dan lain-lainnya) dapat
dikatakan orang-orang yang membuatnya berdatangan dari arah Selatan karena
menurut para penyelidik benda-benda seperti itu banyak terdapat di daerah
Sumatera Selatan.
Kalau
dilihat pula bentuk-bentuk ukiran orang-orang Batak, Minangkabau dan Kerinci,
dapat pula dikatakan bahwa kebudayaan itu sama datang dan asalnya. Diteliti
pula pada bentuk-bentuk keseniannya, dapat disebutkan bahwa kesenian Kerinci
berasal dari kebudayaan animisme, Hinduisme dan lslamisme. Namun demikian
seluruhnya itu adalah sebagai penambah yang telah ada, dengan kata lain
kebudayaan yang datang dari luar hanyalah sekedar menyentuh belaka.
Sayang
sekali percampuran kebudayaan animisme dengan lslamisme belum dapat dipisahkan.
Seperti halnya dengan upacara yang disebut asyeak
(asyik), percampuran kedua faham itu jelas sekali. Dengan menyertakan sajian
dan kemenyan untuk memberi makan roh nenek moyang, jelas ini pengaruh animisme.
Sedang mantra-mantra dan doa sering kali disebut nama Allah dan Rasul-Nya.
Sesuai
dengan keadaan daerahnya yang terkunci, tidak banyaklah orang yang keluar
masuk; maka perkembangan kebudayaan Kerinci sangat lambat. Semua ini disebabkan
jarangnya pendatang yang membawa kebudayaan baru. Walaupun ada, kebudayaan
Kerinci sangat sulit dipengaruhi, orang Kerinci sangat fanatik pada
kebudayaannya. Tidak saja fanatik, tetapi juga mereka masih mencintai
kebudayaan aslinya.
Walaupun begitu Kerinci telah memiliki kebudayaan yang tinggi. Ini terbukti dengan adanya:
- Benda-benda spesifik yang berbeda bentuk dan seninya dengan benda-benda spesifik daerah yang lain, seperti halnya dengan benda-benda anyaman yangbentuknya menarik sekali. Umpamanya benda-benda anyaman jangki dan ambung untuk penyimpan barang-barang pertanian; jangki terang wang untuk tempat sirih dan kalimpang untuk dibawa ke ladang.
- Kesenian Kerinci berlainan pula dengan kesenian daerah lain, baik bentuk maupun pemakaiannya. Umpamanya, tari rangguk, iyo-iyo, dan tale.
- Kerinci telah punya mata uang sendiri sebagai alat tukar-menukar pada zaman dahulu. Alat tukar-menukar atau uang itu dinamakan cincein anyea yang berbentuk cincin belah rotan, sedangkan daerah sekitarnya tidak ada yang memakai uang sebagai alat tukar-menukar.
- Orang Kerinci sejak dulu telah pandai bertani, bertenun, dan mengukir sendiri.
- Kerinci telah mempunyai ada-istiadat sendiri.
- Kerinci punya tulisan sendiri, yaitu yang disebut tulisan incoung (rencong).
- Kerinci punya tempat kediaman yang teratur rapi dan khas Kerinci. Mereka juga punya desa, alat rumah tangga, dan peralatan tersendiri.
- Orang Kerinci juga punya model pakaian khas Kerinci.
- Banyak lagi kebudayaan Kerinci yang berlainan dengan kebudayaan lain.
*Disalin dari Buku TAMBO SAKTI ALAM KERINCI, Oleh ISKANDAR ZAKAIAN, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Tahun 1984

.png)
Comments
Post a Comment