SENANDUNG BANGAU PUTIH : Sebuah Puisi dari Kumpulan Puisi Dunia Kertas




Petang ini, sepiring sawah, berbagi kisah.
Hanya aku yang terpaku dalam senyap menatap sisa-sisa rumput yang belum sempat senyap.
Ah, buk tani mungkin lupa memindahkannya ke balik lumpur nan tak tidur.

Sebuah petang, masih dalam cengkerama alam menanti malam.
Lamunan bersandar di jalanan cacing, sedangkan semut berbaris di pertigaan pematang.
Sepetak lumpur disana dirindangi padi-padi muda.

Petang semakin berkuasa.
Langkah petani telah sejak tadi beranjak dari sini.
Bersama tatapku mengiring punggung lusuh beranjak pergi.
Tersapu jua peluh oleh semilir bayu.

Masih di petang yang sama, pada tatapan bangau yang sama.
Sempat tersirat sejuta cemas.
Berfikir hamparan luas kan berganti teras.
Lumpur-lumpur kehidupan yang kan bersilih tanah cadas.
Dan ada jiwa-jiwa yang hampa menanti beras.

Oh, sawah-sawahku…
Jika saja aku pemilik semua ini, mungkin sang kerbaupun tak perlu lari.
Sudung-sudung yang telah lama sunyi, kan kusuruh kembali bernyanyi.
Ku rayu langit agar berbagi gerimis di penghujung hari.
Hingga kelak terbit senyum di sela menguningnya padi.

Duhai sawah-sawahku…
Hingga kapan kita terus bersatu?

Lempur, 23 Desember 2012

Comments

Post a Comment