Di Festival Masyarakat Peduli Danau Kerinci (FMPDK) ke-12 Ada Keris Tergantung Tanpa Tali

Keris tergantung tanpa tali, dalam atraksi Tarian Ayun Luci, yang ditampilkan saat pembukaan FMPDK, di Kerinci, Kamis (15/11).



TRIBUNJAMBI.COM, KERINCI - Seniman Kerinci tidak pernah berhenti membuat karya-karya yang mengagumkan. Hal tersebut menjadi salah satu daya tarik untuk mendatangkan wisatawan, agar berkunjung ke Kabupaten paling barat Provinsi Jambi tersebut.

FESTIVAL Masyarakat Peduli Danau Kerinci (FMPDK) ke-12 resmi dibuka Kamis (15/11). Selain menampilkan tarian massal, juga ditampilkan tarian tradisional, yang digabungkan dengan ilmu-ilmu kesaktian.
Hal itulah yang diperlihatkan oleh tim tari Ayun Luci, yang mampu membuat penonton histeris. Bahkan Hj Yustiana HBA sempat beberapa kali berdiri, untuk menyaksikan tarian yang dimainkan oleh beberapa perempuan paruh baya.

Penari yang memasuki arena dengan mengenakan pakaian serba hitam, membawa berbagai jenis perlengkapan, mulai dari sirih lengkap dengan pinangnya, kemenyan dengan asap yang mengepul, rokok enau (daun aren), keris, tiga bilah pedang, tombak bambu runcing, serta perlengkapan lainnya.
Dua orang penari langsung ke depan, dan menghamparkan tikar pandan, sebagai alas untuk perlengkapan yang mereka bawa tersebut. sedangkan delapan penari yang berada di belakang, semakin larut dengan gerakan mereka dengan iringan nyanyian klasik Kerinci.

Meski tidak semua mengerti dengan bahasa Kerinci yang dinyanyikan tersebut, namun pengunjung dari luar daerah, mengaku tetap merinding mendengarkan alunan nada yang seakan-akan bermuatan mistik, ditambah aroma kemenyan yang semakin menyengat.
Setelah semuanya siap, penari mulai beraksi. Pertama satu orang penari perempuan langsung maju, dan mengambil keris. Setelah diasapi dengan kemenyan, keris tersebut mengantung di ujung jarinya, tanpa menggunakan tali ataupun alat perekat.

Penonton yang sudah lama penasaran, banyak yang berlari masuk ke arena, untuk menyaksikan keanehan tersebut. Selang beberapa saat, penari perempuan lainnya langsung mengambil keris, dan menyayat dan menusuk badannya. Sejumlah penonton sempat teriak histeris, karena khawatir penari terluka. Namun kenyataannya tidak, keris tajam tersebut tidak mampu membuat penari cidera.

Aksi terus berlanjut. Bambu runcing pun ditusukkan oleh penari ke badan penari lainnya. Lagi-lagi penonton histeris. Namun bambu tersebut patah, dan sehelai benangpun dari baju penari tidak ada yang putus apalagi sobek.
Penari yang semakin asyik dengan gerakan mereka, berlari ke atas tiga bilah pedang tajam. Demikian juga saat diuji dengan api, sang penari juga tidak terbakar. "Direndam tidak basah dibakar tidak hangus," salah satu kalimat didalam nyanyian untuk mengasuk tarian tersebut. Gergaji tajampun juga dimainkan di telapak tangan penari.

Selesai dengan aksinya tersebut, penari yang dibina oleh Hj Daruli Murasman ini, langsung naik ke atas panggung dan membawakan bunga untuk Yustiana HBA dan Daruli Murasman. Kemudian membawa mereka menari bersama.
Penanggungjawab tarian Aliminudin mengatakan tarian Ayun Luci dan Adu Sakti ini, suatu tradisi dari nenek moyang dahulu kala, yang secara turuntemurun dilakukan oleh masyarakat Kerinci. Tarian ini dilaksanakan satu tahun sekali pada saat padi mulai menguning.

Semua yang gaib-gaib dan arwah nenek moyang diseru datang untuk membawakan lamat padi dan sitawa dingin. "Tujuannya adalah untuk mengembalikan semangat padi, agar buahnya tidak hampa, menangkal burung-burung dan hama padi, meningkatkan hasil produksi, dan agar padi tidak diganggu binatang," terangnya.

Setelah luci diayun lanjutnya, dilanjutkan dengan adu kesaktian, di antaranya keris tergantung tidak bertali, meniti pedang tiga berlarik, mainkan tombah serigi dan bambu, main gergaji di atas tangan, memahat leher dengan pahat besi, dan mematikan api dengan tangan.

"Setelah diadu pada malam harinya, maka pagi hari masyarakat turun ke sawah, sambil menabur buah-buahan disepanjang sawah, setelah semuanya selesai maka warga baru pulang ke rumah," pungkasnya.(eja)

Penulis : edijanuar
Editor : fifi
Sumber : Tribun Jambi

Comments