SUSUNAN PETITIH ADAT KERINCI (Bagian 2 - habis)




/ sambungan dari : Bagian 1

4.   Rapat keempat diselenggarakan di Sanggaran Agung.
Yang hadir dalam rapat itu adalah Pangeran Tamenggung Kabul di Bukit sebagai utusan Raja Jambi dan dari Kerinci hadir seluruh Depati Empat – Delapan Helai Kain.
Rapat ini penting gunan menyelesaikan hal-hal yang rusak oleh Tiang Bungkuk. Kusut diselesaikan, keruh dijernihkan, dan yang putus disambung kembali. Disamping itu ditetapkan pula pembagian kekuasaan dari Depati Empat Delapan Helai Kain di Kerinci, yaitu :
1)   Kerinci Hilir diperintahkan oleh Depati Tiga Helai Kain dan daerah ini dinamakan Tanah Sugih, yaitu tanah yang telah ditetapkan sebagai tempat Raja Jambi mengirimkan segala keperluannya. Jadi, jika ada utusan Raja Jambi datang ke Kerinci ia harus menghadap ke Depati Tiga Helai Kain dulu. Barulah kemudian Depati ini merundingkan dengan Depati-Depati Kerinci lainnya di Sanggaran Agung sebagai tempat bermusyawarah seluruh Depati yang ada di kerinci. Karena itulah dusun ini dinamakan Sanggaran Agung Lubuk Emas Tepian Emas, Lubuk Budi Tepian Basa, Tanahnyo Padat Sendinyo Kuat, Sanggar Besar Alam Kerinci.
2)   Kerinci Tengah, diperintah oleh Depati Delapan Helai Kain dan daerahnya disebut Tanah Pilih, karena disanalah Depati Atur Bumi memilih atau mengatur Bumi Kerinci ini, berpusat di Hiang. Jika datang Raja atau utusannya dari Minangkabau, di Hiang inilah tempatnya datang dan menghadap.
3)   Kerinci Mudik, dinamakan Tanah Putih, diperintah oleh Depati Tigo Lurah Tanah Sekudung. Tanah Putih berarti tanah yang diperintah oleh Depatinya masing-masing. Depati disini memisahkan diri dari Depati Delapan Helai Kain karena piagam yang diperolehnya dijemput sendiri ke Jambi, sedangkan Depati yang lain piagamnya diantar oleh utusan Raja jambi.

Depati Atur Bumi menguasai daerah Delapan Helai Kain, tetapi jika ia berada di Seleman maka ia menjadi depati Batu Hampar karena ia adalah orang semendo atau anak batino orang Seleman. Jadi kalau ia sedang berada di Seleman maka berkembang lapik berkembang tikarlah ia, berperiuk gedang bertungku jaranglah ia karena kedudukannya sebagai anak batino disana.
Hiang juga diberi julukan Bane Batumbuk Tigo, karena :
a.    Kalau jalan surat lipat dari Koto Limau manis menepat di Hiang
b.   Kalau jalan surat tunggal Inderap Pura menuju Hiang, dan
c.    Kalau jalan surat sermin dari jambi terus ke Hiang
Inilah yang dinamakan Latih yang Tigo Bane yang tiga bertemu di Hiang.
Selain itu, pada kerapatan tersebut diputuskan juga :
1)   Sungai Penuh mendapat Kain Tunggal dan menguasai daerah Depati yang Bertujuh, dinamokan sebagai Pagawe Rajo Pagawe Jenang
2)   Lolo Sigiring Panjang menjadi Kelambu Rajo atau Orang Dalam
3)   Sanggaran Agung Payung Sekaki Karang Setio nan Semangkuk, cermin Narimo Bayang atau Cermin Naraco Bayang yaitu cermin yang tidak kabur lantak yang tidak goyah.
4)   Siulah menjadi tanah sekudung dengan piagam yang tiga pucuk, berbataskan :
a.    Hilir dengan Aro Tebing Tinggi
b.   Mudik dengan Ladeh Gunung Berapi
c.    Lajung dengan Gunung Sako
d.   Lembak dengan Ulu Batang Talao

5.   Rapat kelima diselenggarakan setelah kondisi keamana diketiga negeri itu, yaitu Kerinci, Jambi dan Minangkabau semakin memburuk. Ketiga negeri itu tidakaman karena sering terjadi perampokan, pembunuhan dan pengrusakan. Ketiganya saling menuduh bahwa orang dari daerah lainlah yang melakukan kerusuhan itu. Kalau ada orang Kerinci yang datang ke Minangkabau atau ke Jambi selalu disamun oleh orang-orang disana, begitu juga sebaliknya. Sering terjadi perkelahian atau peperangan sehingga memang sangat merugikan bagi ketiga negeri.

Melihat situasi yang sangat buruk tersebut, oleh Siak Lengih dari koto Pandan Sungai Penuh mengambil inisiatif untuk mengundang Raja ketiga Negeri tersebut untuk duduk kembali di meja perundingan. Maka datanglah Raja Membujur dari Jambi yang diwakili oleh Raja Panjang Zat dari Mesumai Bangko. Naik pula Raja Melintang dari dari Minangkabau yang diwakili oleh raja dari Inderapura yang bernama Firmansyah gelar Tuanku Hitam Berdarah Putih yang oleh Raja minangkabau diberi gelar Tuanku Sutan Geger Alam Syah ke-9. Sedangkan dari Alam Kerinci, diikuti oleh Depati Empat Delapan Helai KAin yang telah siap menanti.
Rapat diselenggarakan di Bukit Ketitiran Sitinjau Laut, dengan membangun balairung bergonjong tiga :
a.    Gonjong menghadap ke Jambi beratapkan daun sike (enau)
b.   Gonjong menghadap Inderapura beratapkan ijuk, dan
c.    Gonjong Kerinci beratapkan Kayou Lapaih (kayu lapis)


Disamping itu dipersiapkan pula :
a.    Kerbau tengah dua ekor (kerbau bunting) dari bukit Siguntang-Guntang Jambi
b.   Garam dan kelapa dari Inderapura
c.    Beras, rempah-rempah dan kawah besar dari Kerinci
d.   Kambing irang dari bukit Sitinjau Laut yang datang menyerahkan diri pada waktu itu.

Selanjutnya dihanguskanlah kerbau tengah dua ekor, beras seratus ditambah seekor kerbau irang. Dagingnya dimakan, tulangnya ditanam, darahnya dikacau/diaduk, sedangkan nyawanya dipersembahkan kepada nenek moyang.
Pertemuan tersebut menghasilkan hal-hal sebagai berikut :
1.   Gunung yang memuncak, gunung yang dipertuan. Laut yang berdebut, laut Depati Empat Delapan Helai Kain beserta Pagawe Rajo Pagawe Jenang.
2.   Kalau datang musuh dari laut, Tuanku Hitam Berdarah Putih yang menanti. Kalau datang musuh dari hilir, Pangeran Temenggung Kabul di Bukit yang menanti. Kalau musuh berada di tengah, Depati Empat delapan Helai Kain yang mengusirnya.
3.   Keatas sepucuk, kebawah Seurat, sehilir semudik seiya sekata, dapat laba sama beruntung, dapat rugi sama diterima.
4.   Tanah nan bergabung, sungai nan berlaras, hak milik masing-masing.
5.   Tidak dibenarkan beraja di hati bersutan di mata. Tidak boleh serang menyerang, kehormatan masing-masing sama dijaga, anak kemenakan sama diawasi.
6.   Kerinci mempunyai batas tanah sebagai berikut :
a.    Kerinci Tinggi
Mudik : dari Gunung Patah Sembilan terus ke kaki Gunung Bujang, tersiku kegunung berapi terus ke renah pantai cermin terus ke Gunung Gedang Hulu Talao, berbatas dengan Tuanku Berjanggut Merah (?) yang diam di leku Sungai Pagu berair terjun.
Hilir :Penetai Pematang Putus, takuluk jatuh kacindaik lepas
Lajung : dari Sungai Rotan terus ke Sungai Ligo Kuau Berbunyi (Sako Kecil), terus ke Gunung Sako terus ke Batu Sigar Kambing, terus ke Gunung Bungku terus ke Patah Sembilan, batas daerah Inderapura
Lembak : Temiai melentuk mudik dari Gunung Gedang Hulu Talao terus ke Tanah Renah terus ke Betung Berlarik.
b.   Kerinci Rendah
Tanah renah Tanah Abang Pulau Rengas, Batang Asai, Sungai Manau sampai ke Pangkalan Jambu.

7.   Disamping keputusan tersebut disebutkan pula bahwasanya anak cucu Siak Lengih, yaitu Depati Nan Bertujuh sebagai Pagawe Rajo Pagawe Jenang, dujuluki Suluh Bindang Alam Kerinci. Karena Siak Lengih adalah orang yang pertama mengembangkan ajaran Islam di Kerinci. Kepada Depati nan Bertujuh inilah orang bertanya mengenai agama islam.

6.   Rapat Keenam diselenggarakan di Hamparan Besar Tanah Rawang.
Rapat ini hanya diikuti oleh Depato-Depati Alam Kerinci. Hasil rapat tersebut adalah mengikat ikrar, yaitu :
“ siapa yang melanggar akan dikutuk Al Quran 30 juz, menghadap ke mudik dikutuk Yang Dipertuan, menghadap ke hilir dikutuk Pangeran Yang Dipertuan, keatas tidak berpucuk, kebawah tidak berurat, ditengah-tengah dijarum kumbang. Ikan dipanggang tinggal tulang, anak dipangku menjadi batu, kunyit ditanam putih isi. Hilang diperjalanan, hanyut dipelayaran, jatuh dipemanjat”.
Itu;lah sumpah mereka dengan meminum Karang Stio nan semangkuk (semangkuk air daun kopi yang diminum bersama-sama). Sumpah itu sekarang sebagian diganti dengan “menghadap kemudik dikutuk Tuhan, menghadap kehilir dikutuk Tuhan”, dan seterusnya.

Comments